SPOILER Novel Terbaru Keza Felice "Tetap Menikah atau Berpisah" - Keza Felice
News Update
Loading...

Jumat, 05 September 2025

SPOILER Novel Terbaru Keza Felice "Tetap Menikah atau Berpisah"

 


Hai, Teman-teman. 

Kayaknya udah lama banget aku nggak muncul. Dan kali ini aku datang membawa novel terbaruku yang dirilis di Aplikasi KBM App.

Teman-teman bisa membaca secara langsung dengan klik di sini

Judu: Tetap Menikah atau Berpisah

Penulis: Keza Felice


Btw, posting-an ini hanya spoiler dari bab premium ya. Untuk full bab teman-teman bisa langsung baca melalui aplikasinya.

Dan besok aku bakal up full bab 8,9, dan 10.


Selamat Membaca dan jangan lupa mampir ke aplikasi untuk baca-baca.

---------------

“Apa arti PERNIKAHAN dan ANAK menurutmu?”

(Sebuah kisah yang kadang kala relate dengan kehidupan sehari-hari kita)


•••••••••
Kakak iparku selalu merendahkan dan menghinaku karena dia pikir aku pengangguran dan susah ha mil. Dia nggak tau kalau ternyata aku itu orang yang diam² membantunya sukses.
----------------------


“Kenapa sih perempuan yang baru nikah langsung didesak untuk cepet ha mil?”

Mulanya aku tidak percaya dengan trend viral di sosial media yang mendemonstrasikan tentang “marriage is scary.” 

Tentang beban mental seorang istri saat mendapatkan pertanyaan “Kapan kamu ha mil?” atau “Sudah ha mil atau belum?” dari orang-orang terdekat bahkan keluarga sendiri.

Dan sekarang aku benar-benar mengalaminya. Padahal, usia pernikahanku dengan Kaivan masih seumur jagung. 

“Kamu nggak mau cari kesibukan, Tha?” tanya Mbak Shelly tiba-tiba. “Cari pekerjaan misalnya, atau ikut kelas masak biar lebih produktif,” imbuhnya.

Aku merasa heran mengapa kali ini dia sangat peduli padaku. 

“Aku udah ada pekerjaan, Mbak, tapi bisa dilakukan di rumah.”

“Kamu kerja apa?”

“Cuma sebagai penulis artikel.” Aku berusaha tetap tenang meski kakak iparku sedang menatap dengan mimik mengejek.

“Ternyata kamu penulis juga, Tha?” tanyanya,  sambil menaikkan sebelah alis.

“Iya, Mbak, lumayan hasilnya bisa dipakai untuk keperluan mendadak.” Aku masih mencoba merendah.

“Kamu harus bisa contoh Anjanisweet, Tha. Dia populer loh dikalangan pebisnis.” 

Tiba-tiba saja, Mbak Shelly mempromosikan seseorang di hadapanku, hanya untuk membuatku merasa 'kecil' karena dia pikir aku tidak punya prestasi.

Aku pikir peng hi naan Mbak Shelly berhenti sampai di situ. Tapi nyatanya TIDAK. Dia malah membahas soal ke ha milan padahal tau aku baru menikah dengan adiknya.

“Oh iya, ngomong-ngomong kapan nih mbak mau dikasih keponakan?” tanyanya sambil menatapku.

“Shell, kok tiba-tiba tanya begitu, sih?” tegur Nency—ibu mertuaku. Dia tidak ingin aku merasa terbebani soal keha mil an.

“Lagi proses, Mbak. Doakan saja,” jawab suamiku yang kebetulan ada di sebelahku. 

“Ada bagusnya kalau kalian cepet punya ba by. Atau sebelum terlambat mending periksa kesehatan dulu ke dokter, memastikan kalau kalian sama-sama subur,” tandasnya.

“Shell, nggak bagus bilang begitu. Kamu nggak boleh–”

“Cukup Mbak!” potong Kaivan, saat ibu mertuaku sedang menegur Mbak Shelly. “Kamu nggak berhak ya mencampuri urusan keluarga aku.”

Aku menarik napas panjang, wajahnya memerah menahan emosi. “Aku tahu mbak nggak suka dengan Mitha sejak kami menikah. Jangan anggap aku bodoh karena selama ini hanya diam.”

“Mas, udah …,” ucapku sambil mengelus bahu Kaivan, suamiku. Namun dia segera mengalihkan tanganku.

“Sekali lagi kamu bikin Mitha merasa nggak nyaman, aku nggak akan tinggal diam!” an ca mnya.

Kami segera meninggalkan rumah mereka dengan sikap yang tak seharusnya. Tetapi suamiku juga tidak ingin aku semakin tertekan jika terlalu lama di sana.

“Ini sudah bulan keempat dan hasilnya masih negatif lagi, Mas. Padahal aku udah telat ha id selama sembilan hari,” keluhku.

Suamiku menatap dengan sorot mata teduh. “Nggak apa-apa, Sayang. Kita masih punya banyak waktu. Kita masih bisa mencobanya, dan aku nggak pernah menuntut kamu untuk cepet ha mil.”

Lega sekali rasanya. Setidaknya setelah dihan tam ucapan menyakitkan dari iparku, suamiku masih berada di pihakku untuk membela.

******
Setelah kejadian itu, aku memilih untuk berlibur ke rumah Ibuku. Aku pikir semua akan baik-baik saja. Tapi, lagi-lagi pertanyaan tentang “Kapan ha mil?” atau “Udah ha mil apa belum?” terus menghantuiku.

“Ibu, Mitha mau tanya sesuatu. Dulu Ibu ha mil jarak berapa bulan setelah menikah?” tanyaku pada Ibu.

“Setahun lebih, Tha. Kenapa tanya begitu?”

Aku cuma bisa menggeleng untuk menutupi kegelisahan.

“Kamu ditanya orang-orang 'kapan ha mil' ya?”

Kali ini aku mengangguk.“Sampai sekarang aku belum hamil dan hasilnya masih negatif setiap bulan, Bu. Dan pertanyaan orang-orang bikin aku tertekan.”

Ibuku, Dewi, menggenggam tanganku. “Itu wajar kok. Nggak perlu dipikirkan. Ibu aja butuh satu tahun berjuang. Lagi program ha mil itu nggak boleh kalau terlalu capek dan stres.” 

Aku mengangguk, menerima nasehat ibu. 

Tapi, perasaanku langsung berubah begitu bertemu dengan tetangga ibuku saat kami sedang bersantai di teras rumah.

“Eh Mbak Mitha mudik, ya? Gimana … udah ngisi belum tuh perutnya?” tanya Mbak Yuni.

“Sudah, Mbak Yun. Ngisi nasi sama lalap daun ubi tuh barusan,” jawab ibuku meledek.

“Ih, ditanya serius kok, jawabnya malah sembarangan,” balas Mbak Yuni sambil memonyongkan bibirnya. 

“Kami kan baru menikah beberapa bulan, Mbak. Jadi santai dulu lah,” balasku sambil tersenyum ramah.

Akan tetapi Mbak Yuni tidak peduli. “Ah, zaman sekarang banyak yang bisa cepat! Anakku itu baru dua bulan menikah bisa langsung ha mil. Mitha kan, sehat-sehat pasti bisa juga dong langsung ha m il.”
 
Aku tidak menjawab perkataan tetangga yang julid itu. Aku bahkan memaksakan diri untuk tetap tersenyum.

“Ya sudah, aku pulang dulu. Semoga cepet diberi mo m ongan,” imbuhnya, memberikan doa yang terkesan seperti terpaksa.

“Aamiin,” jawabku dan Ibu berbarengan. 

“Siapa tau beneran jadi doa, ya, Tha,” ucap ibu sambil menepuk pelan punggung tanganku saat menyadari aku sedang menahan emosi.

•••••••••
Katanya a n ak itu rezeki dan titipan dari Allah. Jadi manusia nggak pernah tau, kan, kapan rezeki itu datng?

Tapi kenyataannya, kita sering sekali melukai perasaan perempuan lain dengan menanyakan hal yang dianggap 'sepele' itu. 

Padahal, pertanyaan “Kapan Ha mil?” atau “Udah ha mil apa belum?” bisa sangat melukai perasaan seseorang yang sedang memperjuangkannya.

Seperti yang Mitha alami. Usia pernikahannya masih sangat muda. Tapi orang-orang di sekitarnya sudah banyak bertanya dan membanding-bandingkan dengan yang lainnya.

Bahkan, pertanyaan yang menyinggung itu juga keluar dari mulut Kakak Iparnya 

📔Cuplikan dari novel:
“TETAP MENIKAH ATAU BERPISAH” di KBM App
(Kisah perjalanan rumah tangga yang tidak pernah mulus—mengetuk hati untuk kembali mengevaluasi kehidupan sehari-hari)

Ini adalah potongan cerita yang membuka mata hati kita tentang arti pernikahan, keha milan, kepercayaan, dan saling menghargai.

⁉️Apa arti pernikahan dan an ak menurut kamu?

••••
Kadang kala kita butuh satu kisah untuk melihat hidup dari sisi yang lainnya.

Kalau kamu pernah merasa tak nyaman ditanya soal ke ha milan, atau lelah menghadapi iparmu yang julid....
Maka cerita ini bisa membuatmu menyadari bahwa pernikahan bukan hanya soal cinta, tapi ada banyak hal di dalamnya yang seharusnya  menguatkan kamu untuk terus bertahan.

Siap menyelami kisahnya?
Klik untuk baca selengkapnya ðŸ‘‡


Share with your friends

5 komentar

  1. Jadi penasaran dengan kisah lengkapnya. Keren Kak, sukses buat karyanya ya..auto klik buat baca
    Memang ya keputusan untuk tetap menikah atau berpisah jika belum hamil setelah pernikahan bukanlah ditentukan oleh ada tidaknya kehamilan saja, melainkan oleh kesiapan dan komitmen pasangan untuk menghadapi tantangan bersama, termasuk masalah kesuburan. Melakukan pemeriksaan medis menyeluruh ke dokter kandungan untuk mengecek kesuburan, juga sebaiknya mencoba program kehamilan yang tepat sebelum membuat keputusan

    BalasHapus
  2. Ceritanya menarik mbaaa...topik kehamilan yang sepertinya tidak akan pernah habis buat dibahas yaaa....
    Dari jaman dulu sampai sekarang pasti menjadi pertanyaan wajib setelah menikah..tapi untungnya aku dulu termasuk yang aman di keluarga..yaa mungkin satu dua menanyakan tapi selebihnya tidak ada lagi..mungkin mereka bertanya di belakangku tapi aku juga gak masalah sie..dan makin kesini makin tahan banting hehe tapi tetap berusaha dan berserah diri

    BalasHapus
  3. Wah ini ceritanya relatable sekali ya untuk perempuan yang baru nikah. Dulu aku sempat gerah juga sih ditanya begitu. Tapi perihal dikasih kapan sebenarnya rahasia Ilahi juga, tentu setelah kita berusaha

    BalasHapus
  4. Selamat mba atas kelahiran karyanya....keren.
    Duh kenapa ya ? rata-rata yang julidin perempuan itu adalah perempuan sendiri.....siapa sih yang tidak mau punya anak? kalau belum dikasih mau bilang apa?

    Ceritanya menarik mba.....seru.

    BalasHapus
  5. memang kadang pertanyaan tentang kapan hamil itu sangat mengganggu ya bagi pasangan yang baru atau sudah lama menikah. padahal hamil itu urusan Allah sementara kita manusia hanya bisa mengusahakannya. jadi penasaran juga nih diriku sama novelnya mbak

    BalasHapus

Hi! Aku Keza Felice (Content Writer & Ghost Writer -- SEO Content) juga Penulis Novel. Terima kasih sudah mampir. Untuk Pemesanan Artikel atau kerja sama silakan kirim pesan ke Instagram @Keza236_queen atau email: Kezafelice@gmail.com. Sebagai pertimbangan silakan cek halaman About dan Achievement.

Notification
Selamat Datang di Blog Keza Queen.
Done