Download dan Baca Gratis Novel Milna and Me Karya Keza Felice (Telah Terbit) - Keza Felice
News Update
Loading...

Kamis, 30 September 2021

Download dan Baca Gratis Novel Milna and Me Karya Keza Felice (Telah Terbit)

 

Download dan Baca Gratis Novel Milna and Me
Foto: Keza Felice


BAB 1
Jalan Klorofil


 Ada beberapa hal yang rumit dalam pikiran, seperti ketika dipenuhi oleh rasa penasaran.

Sore ini, tiba-tiba saja firasatku mengatakan ada hal menarik yang akan terjadi. Benar saja. Ketika hendak menuangkan air putih pada gelas, aku mendengar keributan dari depan rumah. Aku yang penasaran segera beranjak untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.

“Ada apa, Bu?” tanyaku sambil berjalan mengendap.

“Nggak ada apa-apa, udah sana kamu ke kamar saja,” jawab Ibu yang masih mengintip dari balik pintu.

“Kalau nggak ada apa-apa, kenapa ramai begitu?” Aku berusaha menarik tangan Ibu yang masih memegangi pintu. “Ih, ngintip dikit aja, sih, Bu,” rengekku. Kemudian, Ibu mengalah dan membiarkanku ikut melihat apa yang sedang orang-orang lakukan di luar sana.

“Jangan pecicilan, Ara!” Ibu memperingati dan aku hanya mengangguk sebagai balasannya.

Sebenarnya bukanlah Aradila jika tidak pecicilan. Ya, aku memang bukan tipe gadis yang bisa berdiam diri ketika melihat sesuatu yang menarik perhatian, kecuali jika konsidi tubuhku sedang terganggu. Aku juga bukan anak Ibu yang kalem seperti adikku, Tazkia—yang tinggal di asrama. Menjadi generasi sembilan puluhan membuatku merasa sudah hidup cukup lama sehingga bisa berbuat semaunya, yang terpenting tidak neko-neko. Norma dan adat istiadat jangan dilanggar, sudah cukup. Tidak perlu khawatir lagi untuk bertindak, termasuk kepo terhadap sesuatu yang sedang dibahas oleh Bapak-bapak di pos ronda itu.

“Ada apa, toh, Pak? Sore-sore malah nggosip,” tanyaku sambil menyisipkan helai rambut yang sedikit awut-awutan ke belakang telinga.

“Lah, memangnya kamu nggak tau gosip terbaru di Kompleks Battambang ini?” tanya Pak Sunarto, tetanggaku.

Aku menggeleng, lalu menatap Ayah yang kebetulan sekali mampir di pos ronda sepulang bekerja. “Ada apa, sih, Yah?”

“Anak kecil nggak usah tau! Sudah, sana pulang saja!” Ayah mengibaskan topinya di depan wajahku.

Meskipun usiaku sudah 23 tahun, tetapi banyak yang masih menganggapku seperti anak kecil hanya karena perawakan yang memang irit ini. Dengan tinggi 144 sentimeter dan bobot seberat 42 kilogram, aku cukup bisa disandingkan dengan anak-anak SD zaman sekarang.

Kata orang-orang, aku ini baby face, sehingga lebih terlihat awet muda. Namun, masih ada hal yang mengganjal dalam batinku, ini mengenai request dari Ibu dan para tetangga untuk memotong poni. Menutup mata menggunakan poni memang bukan hal yang nyaman untuk kalangan orang normal, tetapi tidak bagiku. Aku sangat menyukainya! Setidaknya aku bisa menyembunyikan kantung mata yang menghitam ini dari khalayak ramai. Jadi tidak perlu buang-buang uang untuk membeli produk kecantikan. Lagi pula hal ini sudah menjadi kebiasaanku sejak dulu. Dan aku tidak pernah merasa kesulitan untuk melihat, mungkin karena sudah terbiasa. 

“Ara bakal masuk kalau sudah tau yang kalian bahas di sini.” Aku yang sejak tadi hanya mematung sambil bersedekap pun kekeh untuk tidak menuruti perintah Ayah. Bukan maksudku melawan orang tua, tetapi kali ini ada hal mengganjal dalam batin yang menuntutku untuk menyelidikinya.

“Dasar bocah!” Pak Danu menepuk lenganku, lalu mempersilakan untuk duduk di bawah, beralas sandal, sedangkan mereka duduk di panggung tempat ronda. “Sekarang ini katanya lagi banyak penampakan di kompleks dan jalan raya,” sambung Pak Danu, lalu dia menyulut rokok yang sudah sejak tadi berada dalam jepitan jarinya.

“Memangnya itu sudah pasti kebenarannya, Nu?” tanya Ayah yang sepertinya mulai penasaran.

“Lah, masa kamu nggak percaya, Zak. Sudah banyak yang lihat, kok,” sambung Pak Sunarto antusias.

Aku hanya duduk dan mendengarkan pembicaraan mereka dengan sesekali menoleh ke belakang. Ternyata Ibu sudah menutup rapat pintu rumah karena langit memang hampir menggelap.

“Memangnya apa yang orang-orang lihat?” Ayah mengelap peluh yang membasahi pelipisnya.

“Katanya kompleks kita ini sudah nggak aman. Sering ada penampakan anak kecil bermata hitam,” bisik Pak Danu sambil celingak-celinguk.

“Wesh! Sembarangan kalau bicara!” Aku bangkit, lalu menggebrak meja kecil di hadapan mereka. Hampir saja gerakan kilatku tadi menumpahkan segelas kopi milik Pak Danu. Lelaki botak itu sudah mendelik dan hampir saja menjewerku seperti biasanya—saat aku nakal. Dia sudah seperti keluarga sendiri, walaupun sebenarnya kami hanya bertetangga.

“Anak kecil memang susah diajak bicara.” Pak Nugros mendorong jidatku menggunakan sedotan. Kemudian, dia terkekeh dan segera bangkit dari tempat duduknya. “Sudah mau magrib, ayo pulang. Daripada nanti ditemuin hantu,” ucapnya menakut-nakuti.

“Yang diomongin Ara itu ada benernya, Nu. Nggak mungkin kompleks kita ada hantunya. Selama ini kan, aman.” Ayah ikut beranjak, lalu kami sama-sama berjalan ke rumah masing-masing.

“Kalau nggak percaya, buktikan saja! Sana ke Jalan Klorofil,” teriak pak Danu sambil menggosok lengannya seolah-olah merasa ketakutan.

“Sudahlah, Yah, nggak usah terlalu dipikirin.” Kemudian, kami bergegas memasuki rumah karena kebetulan pos ronda berada di depan kediaman kami.

Baca Juga: Novel Milna and Me Diambil dari Kisah Nyata! Seru untuk Teman Bersantai

*******

“Halo, Mas, sibuk nggak malam ini?” tanyaku pada seseorang yang baru saja menjawab panggilan telepon dariku.

“Nggak, Ra. Ada apa memangnya? jawabnya dengan lesu.

“Bisa temani Ara ke Jalan Klorofil, Mas?”

Tidak ada jawaban dari lelaki yang sudah dua tahun ini menjadi kekasihku itu, sepertinya dia benar-benar lelah setelah seharian menjaga apotek. Dia memang bukan karyawan di sana, melainkan pemilik. Namun, Mas Galih bukan tipe lalaki yang mau asal suruh dan memantau dari jarak jauh. Jika tidak punya kepentingan mendesak, dia pasti akan berada di sana, mengawasi karyawannya dan sesekali juga ikut membantu.

“Mas, bagaimana? Kalau Mas Galih capek, Ara berangkat sendiri saja nggak apa-apa, kok,” sambungku.

“Jangan, Ra! Kamu itu sudah jadi tanggung jawabku. Sebentar lagi Mas jemput, ya?”

“Baiklah, Mas. Terima kasih, ya! Nggak perlu ngebut bawa motornya, Ara bisa sabar nungguin, kok,” jawabku sambil senyam-senyum sendiri. Padahal, Mas Galih juga tidak akan tahu kalau aku lagi senyum. Namun, sepertinya hal yang kulakukan ini sudah menjadi respons yang otomatis untuk kebanyakan orang.

“Tunggu aku sampai, baru kita pergi bareng,” imbuhnya, lalu mengakhiri panggilan.

Download Langsung: Novel Milna and Me Shopee

Kemudian, setelah panggilan kami terputus, aku segera mengganti pakaian menggunakan blazer berbahan rajut dengan inner kaos oblong warna cokelat. Udara malam pasti sangat dingin di jalan raya dan aku tidak mau masuk angin gara-gara kesembronoanku sendiri.

Sebenarnya aku sangat bersyukur masih ada lelaki yang mau menerimaku apa adanya. Mas Galih tidak pernah protes terhadap penampilanku. Meskipun begitu, aku tetap tahu diri dan berusaha untuk rapi di hadapannya. Setidaknya, poni yang menutup mataku ini bisa dijepit ke atas sehingga wajahku yang kuyu bisa terlihat. Sedikit polesan lipstik berwarna peach cukup menjadi ‘nyawa’ pada penampilanku supaya tidak terlalu pucat dan memelas. Padahal, Mas Galih sudah sering menawarkan untuk melakukan perawatan, tetapi aku menolak. Kami belum sah menjadi suami istri, jadi aku berusaha untuk meminimalisir pengeluaran dari dompetnya.

“Ra, ada Galih di depan,” ucap Ibu dari depan pintu kamar.

Aku yang terkesiap segera mengambil jepit, lalu bergegas menuju ruang tamu. “Mas, udah sampai?” tanyaku pada lelaki berambut ikal yang duduk di sofa. “Mau minum teh dulu?” tanyaku sambil merapikan poni.

“Nggak usah, Ra, nanti keburu malam,” jawabnya lembut.

“Maaf, ya, Mas, kalau Ara jadi merepotkan.”

Aku sedikit menunduk karena menyesal dan merasa tidak enak. Namun, mau bagaimana lagi, tidak mungkin, kan, kalau aku pergi sendirian malam-malam begini.

“Kamu ini kayak baru kenal aku kemarin sore aja.” Kemudian, Mas Galih tertawa kecil. Ah, melegakan sekali mendengar suaranya seriang itu, walaupun mungkin saja dia hanya sedang memalsukan ekspresi semringahnya karena tidak ingin aku merasa bersalah atau sedih.

“Kalian mau ke mana memangnya?” tanya Ayah dan Ibu berbarengan.

“Mau beli mie ayam sebentar, Yah,” jawabku berbohong. Kemudian, aku mengajak Mas Galih untuk segera berpamitan.

Setelah keluar dari rumah, badanku mulai terasa lemas dan muncullah sensai geli seperti digelitik. Perasaanku mulai resah dan degup jantung terasa sedikit lebih kencang. Penerangan di Kompleks Battambang tidak terlalu terang, hanya ada lampu-lampu yang cahayanya berwarna oranye kemerah-merahan di setiap masing-masing rumah. Mungkin situasi itulah yang menimbulkan rasa aneh padaku.

“Ra, kenapa mau ke Jalan Klorofil malam-malam begini, sih? Di sana, kan, nggak ada penjual makanan.”

Aku sengaja tidak memberi tahu Mas Galih tentang tujuanku datang ke jalan angker ini. Aku hanya ingin membuktikan apa yang sudah dikatakan oleh Bapak-bapak sore tadi. Menurutku, penampakan anak bermata hitam itu tidak ada. Itulah mengapa malam ini aku nekat untuk melakukan pembuktian.

“Aradila, kamu ngelamun di motor?” Mas Galih menepuk pahaku menggunakan tangan kirinya.

“Eh, nggak, Mas. Aku cuma pengin jalan-jalan buat hirup udara segar.”

“Kamu nggak bisa bohong padaku, Ra!”

Mas Galih tampak memperhatikan mimik wajahku melalui kaca spion. Sehingga mau tidak mau, aku harus jujur. “Ara mau memastikan sesuatu, Mas,” jawabku sambil nyengir.

Jalan Klorofil tidak terlalu jauh dari rumahku, mungkin hanya sekitar tiga puluh menit jika ditempuh menggunakan motor. Sebenarnya bukan masalah jauh atau dekatnya, tetapi perkaranya adalah karena aku tidak mau sendirian mendatangi tempat berhawa dingin dan bernuansa seram ini.

“Astaghfirullah!” jerit Mas Galih. Tiba-tiba saja dia menghentikan laju motor yang kami kendarai.

“Ada apa, Mas?” tanyaku heran.

Mas Galih hanya menggeleng, lalu dia menatapku tak kalah heran. “Kamu nggak lihat sesuatu yang barusan lewat, Ra?” tanyanya dengan suara bergetar.

“Apa sih, memangnya, Mas? Ini, kan, belum sampai di Jalan Klorofil.” Aku menautkan alis, lalu menyelisik sekitar. Benar, tempat yang kami tuju masih berada di depan sana. “Kenapa berhentinya di sini sebelum aku suruh?” lanjutku.

Baca Juga: Alasan Mengapa Harus Beli Novel Karya Keza Felice

Tidak ada apa pun di depan motor yang kami hentikan. Aku dan Mas Galih sudah memastikannya sendiri. Dengan cahaya jalan yang sedikit remang dan juga bantuan senter dari ponsel, kami mengecek keadaan sekitar. Kanan kiri jalan dipenuhi hamparan sawah yang padinya mulai menguning. Selain itu, hanya ada pepohonan rindang yang berjejer pada lahan minim sebelum galangan sawah. Kebetulan sekali, jalanan lengang dan tidak ada kendaraan yang melintas.

“Ra, pulang aja, yuk!” ajak Mas Galih. Wajah lelaki di hadapanku itu sudah pucat. 

“Kenapa, Mas?” Kemudian, aku berusaha mengartikan tatapan Mas Galih yang tampak kosong. “Mas, ada apa di belakangku?” tanyaku pelan dan hati-hati. Hawa dingin mulai menyerang tengkuk dan persendianku. Rasanya seperti ada sesuatu yang hendak menimpa tubuh. Namun, sebelum semua itu terjadi, Mas Galih sudah lebih dulu menarikku.

“Ra, awas!” teriak Mas Galih, lalu membiarkan tubuhku berada dalam pelukannya. “Aku nggak kuat berada di sini. Dan aku nggak mau kita terluka. Lebih baik sekarang kita pulang!” lanjutnya, dengan suara bergetar.

Aku tidak tahu mesti menjawab semua tuntutan Mas Galih dengan apa. Dari perkataannya tentu bukan perkara yang baik. Apalagi beberapa detik kemudian, aku merasa punggungku digerayangi oleh kuku-kuku tajam. Dan aku yakin pelakunya bukanlah Mas Galih!


Catatan Penting: Novel Milna and Me juga bisa diorder dalam paket 'Queen Set' berisi dua novel sekaligus yaitu: Ada Hati yang Terluka dan Milna and Me. Harga DISKON! Menjadi Rp157.500

Harga Normal untuk dua novel Rp162.500 harga khusus Milna and Me Rp80.500 

Keistimewaan Queen Set: Ongkir Lebih murah, Harga Sudah Diskon, Bagi yang beruntung akan diberi bonus. 

Bisa hubungi akun instagram Keza Felice agar lebih mudah. BONUS TERBATAS!

 


 

Share with your friends

18 komentar

  1. Waduh kenapa digratiskan Fel harusnya semakin dimahalkan biar makin bikin penasaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gimana mau penasaran kalo nggak dikash bocoran? Kwkwkw

      Lagian ini kan spoiler. Di platform juga mash ada bab awal.

      Yg bolh dishare kan bab awal aja. Krena dh terbit kwkwkwwk

      Hapus
  2. Btw, tulisan kamu keren banget kak. Aku ngikutin dengan asyik, ini novel teen banget. Have a nice writing.

    BalasHapus
  3. Tiba2 kefikiran ingin order novelnya yang milna anf me , tapi entah kapan belum nentuin waktunya.
    Yg nantinya mau kubuat kenangan karya teman blogger. Karna aku salut sama penataan bahasanya yang mengilustrasikan.😢

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh, Bang. Kapan aja masih bisa kok, Bang. hhe. Tp bilang dulu biar bisa aku bonusin. hehehhe
      makash jugaa udh niat beli hihih

      Hapus
    2. Kok jualnya tidak di akun keza sendiri. Coba deh akun shopeenya di isi produk novel karya sendiri. Siapa tau laris. Banyak juga yg suka buku2 novel lho

      Hapus
    3. Penerbitan udah menjualkan, bang

      Sama2 di shopee, kalo promosi mah lewat mana aja, bisa. Toh itu dh dijual di shopee, dripada aku nguurs sndiri dn ribet, jd mending ke penerbit aja. Lagi pula, novelnya di penerbitan, jd alamatnya dri penerbitan

      Hapus
    4. Oh iya juga ya, jd repot mngkin klo nambah sibuk urus olshop

      Hapus
    5. Iya bang, jugaan kurang telaten kkwkww
      Jd pasrah ke mereka aja dlu

      Hapus
  4. Jadi penasaran kelanjutannya. Makhluk apa tuh yang menggerayangi punggung ara dari belakang 🤔? Beneran ada hantu ya berarti di situ? 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayoo makhluk apa yak hihi, besok tak kash spoiler bab kedua insyaallah.
      Soalnya cuma bsa up bab awal aja karena dh diterbitkan

      Tpi aku dh prnah bahas sh tentang novel ini, ada di kategori "Novel"

      Hihihi, di mana2 mah ada makhluk tak kasatmata, kak😆tp tergantung orngnya prcaya/gaknya

      Kalo aku dh makanan shari² ibaratnya, jd mau gak percaya juga gimana, udh ngalamin sndiri hihihi

      Hapus
  5. Wuuiihhh mantap gw coba intip yee..😊😊👍👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Monggo, bang. Intip sampe bintitan kwkwk😂

      Hapus
  6. Assallammualaikum, kunjugan perdana ya?? Berbicara akan cerpen keza Felice ini, saya sudah intip --- intip sedikit tentang sinopsisnya dan bagus banget . Oh ya, kalau boleh cerita sedikitlah bagaimana proses penggarapan novelnya hingga novelnya sampai ke penerbit, siapa tahu saya bisa ketularan jadi penulis novel terkenal kayak dek keza Felice ini. Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam, hehee iya Kak Enda.
      hehee insyaallah lain waktu aku buatkan artikel panduan supaya bisa sampai terbit jadi novel ya kak hehehe

      Hapus
  7. wahhh hebat!!!
    keep on writing ya!

    BalasHapus

Hi! Aku Keza Felice (Content Writer & Ghost Writer -- SEO Content) juga Penulis Novel. Terima kasih sudah mampir. Untuk Pemesanan Artikel atau kerja sama silakan kirim pesan ke Instagram @Keza236_queen atau email: Kezafelice@gmail.com. Sebagai pertimbangan silakan cek halaman About dan Achievement.

Notification
Selamat Datang di Blog Keza Queen.
Done